Indonesia dikenal akan kemajemukan masyarakatnya yang memberi pengaruh pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam hal seni dan budaya seperti BATIK. Setiap wilayah dan etnis masyarakat memiliki ciri khas BATIK yang ditunjukkan dalam pola dan warna yang mengangkat filosofi atau kearifan lokal masyarakat tersebut. Tak jarang, ciri khas tersebut lahir dari perjumpaan budaya setempat dengan budaya lainnya seperti Batik Tok Wi.
Perjumpaan budaya Tionghoa dengan budaya Jawa menciptakan karya seni-budaya batik pesisir utara yang kemudian dikenal sebagai Batik Tok Wi. Perjumpaan itu menjadi perjumpaan yang memberi warna. Batik yang sejak semula menjadi salah satu ciri khas Indonesia, menjadi kian menarik dengan motif khas Tionghoa dalam ragam hias burung hong yang kerap digambarkan menjadi burung merak khas Indonesia, kupu-kupu yang melambangkan cinta abadi, serta bunga empat musim di negeri Tirai Bambu: peony, krisan, mei hua atau prem, serta bunga lotus atau seroja. Batik Tok Wi juga mengadopsi warna-warni cerah yang menggambarkan budaya pesisir utara Jawa. Ini turut membuktikan betapa perjumpaan budaya Tionghoa dan budaya Indonesia dapat saling memberi warna yang indah yang membawa semangat kebhinnekaan.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki warna-warni yang beragam, yang menjadikan setiap individu berharga serta istimewa. Karena itu, perjumpaan antarindividu, antarkelompok, antargenerasi yang merupakan sebuah keniscayaan perlu dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk bertaut dalam kasih dan saling memberi warna. Demikian juga di dalam keluarga, setiap anggotanya memiliki 'warna' yang berbeda yang menjadikan setiap orang unik. Namun ketika bersama, setiap anggota dapat memberikan warna yang baru bagi anggota lainnya sehingga terciptalah sebuah keindahan. (Equivalent Pangasi)
Selamat Hari Batik, 2 Oktober 2023!
Bersama keluarga, Batik bangkit!
#Batik #HariBatikNasional