Yesus sadar bahwa setelah kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya, orang-orang percaya akan menghadapi masalah yang mempengaruhi aspek psikologis, fisik dan sosial mereka. Itulah sebabnya sebelum menderita, Yesus menguatkan murid-murid-Nya bahwa Ia akan meminta "penolong lain" kepada Bapa-Nya (Yohanes 14:16). Yang dimaksud dengan “penolong lain” adalah adalah pihak yang mampu memberikan pertolongan, terutama kepada murid-murid-Nya. Kata "penolong" berasal dari kata Yunani "parakletos", yang secara harfiah berarti "orang yang dipanggil untuk membantu". "Parakletos" juga bisa diartikan: Penasihat, Penguat, Penghibur, Penolong, Pembela, Juru Selamat, Mitra dan Sahabat. Roh Kudus akan membantu para murid seperti yang Yesus lakukan untuk mereka ketika Ia masih bersama mereka. Roh Kudus menyertai mereka untuk membantu dan menguatkan mereka dengan mengajar mereka berjalan dalam kebenaran (Yohanes 14:26), menghibur mereka saat dalam kesulitan (Yohanes 14:18), dan menjadi sahabat untuk membantu mereka, yang akan diam di dalam mereka (Yohanes 14:17).
Roh Kudus bukan hanya sebuah kekuatan rohani yang abstrak, tetapi merupakan pribadi yang ketiga dari Allah Tritunggal, yang sederajat dengan Bapa dan Anak. Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita adalah jaminan keselamatan kita, menuntun dan memampukan kita untuk mengalami pertumbuhan kerohanian. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah: apakah ada cara untuk mengenali orang yang memiliki Roh Kudus di dalam dirinya, atau sering juga menggunakan istilah “hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus”? Tentu saja ada. Orang yang dipimpin atau dipenuhi oleh Roh Kudus adalah orang yang menaati Tuhan dengan sepenuh hati, hidup dalam kekudusan, menghormati dan melakukan kebenaran Firman Tuhan, berani melakukan kehendak Tuhan, dan yang terpenting adalah "menghasilkan buah-buah Roh Kudus". Bagi jemaat gereja di Galatia, Paulus mengontraskan perbuatan daging dengan buah Roh (Galatia 5: 3-18). Tujuannya adalah agar jemaat Tuhan di Galatia memahami sifat yang dimanifestasikan dalam tindakan, pemikiran dan perkataan oleh orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus dan dibandingkan dengan orang-orang yang hidupnya mengutamakan kepentingan mereka sendiri, atau mengutamakan "kedagingannya". Perbuatan daging manusia terlihat jelas, termasuk hal-hal seperti percabulan, kenajisan, kemarahan, iri hati, dan kebencian.
Tetapi orang-orang yang dipenuhi Roh menghasilkan pikiran, perkataan, dan tindakan yang mencerminkan kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan pengendalian diri. Jadi, Roh Kudus adalah penuntun kita untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Allah. Ketika kita mengizinkan Roh Kudus untuk memimpin kita, kita akan menghasilkan buah Roh dan menjalani hidup yang berkenan dan menyukakan hati Allah.