ARTIKEL
Parenting

Jun
28

3 Mitos yang Bikin Ortu TAKUT JUJUR di Depan Anak

Dalam berperan sebagai orang tua, kejujuran adalah teladan terbaik dalam membesarkan anak, bahkan akan menjadi warisan yang teramat sangat bermanfaat bagi masa depan anak. Tapi ternyata, ada beberapa hal yang membuat para orang tua merasa perlu menyembunyikan 'wajah asli' di depan anak-anak mereka. Setidaknya ada 3 MITOS yang dari zaman baheula diyakini oleh para orang tua secara turun temurun. Yuk ah, kita putuskan mata rantai mitos ini:

MITOS 1: Orang tua ga perlu terbuka di depan anak karena itu cuma bikin anak jadi kurang ajar
Mitosnya, bersikap terbuka dan memperkecil 'jarak' antara ortu dengan anak membuat anak kurang menghormati dan menghargai ortu sehingga anak cenderung berlaku kurang ajar. Padahal keterbukaan ortu membangun kenyamanan bagi anak untuk dapat menjadi dirinya sendiri serta menuangkan pikiran dan perasaannya sehingga anak dapat tumbuh sebagai sosok yang percaya diri dalam lingkungannya.

MITOS 2: Ortu PANTANG terlihat lemah di depan anak
Mitosnya, anak tidak boleh melihat kelemahan ortu atau kesulitan yang dihadapi ortu agar anak tidak khawatir dan tidak tumbuh sebagai manusia yang lemah. Padahal ortu yang jujur menerima dan mengakui kekurangan serta tantangan yang dihadapinya akan membangun rasa aman bagi anak untuk terima dan akui keunikannya serta hadapi kesulitan yang dihadapinya, bahkan menjadikan kisah perjuangan ortu sebagai motivasi.

MITOS 3: Ortu harus sempurna dan serba bisa
Mitosnya, ortu harus selalu menunjukkan kesempurnaan dalam berbagai hal dan tidak boleh gagal agar anak mendapatkan teladan tentang keberhasilan. Padahal ortu perlu tunjukkan ketidaksempurnaan dirinya dan membutuhkan bantuan pihak lain, bahkan bantuan dari anak sehingga anak tumbuh sebagai sosok rendah hati, mau bekerja sama dan andalkan TUHAN serta ortu dalam hidupnya.

Sahabat, kejujuran seharusnya dimulai dari orang tua. Ketika orang tua memberikan warisan berupa sikap jujur di hadapan anak tentang kekuatan dan kerapuhan kita, maka kita telah menunjukkan 'kemanusiaan' kita yang juga tidak sempurna, sama seperti mereka, dan mereka boleh mencari pertolongan kepada kita, orang tua.

(Equivalent Pangasi)
Bagikan artikel ini:

ARTIKEL LAINNYA

Keluarga Peduli Sampah
Sahabat Keluarga, sejak 2005 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional yang pada…
Nyalakan Romantisme dalam Pernikahan dengan Strategi Kencan 2-2-2
Kata siapa kalau sudah menikah lalu ga perlu kencan lagi? Sahabat Keluarga, tak sedikit pernikahan yang cahayanya meredup karena mengabaikan…
Hari Kebahagiaan Internasional: Bahagia Bersama Keluarga!
Setiap tahun, tanggal 20 Maret ditandai sebagai Hari Kebahagiaan Internasional, sebuah momen yang mengundang kita untuk merenungkan arti sejati dari…
Lihat Semua

RENUNGAN TERBARU

MINGGU-51 | Diperbaharui dari Sehari ke Sehari
MINGGU-50 | Menjadi Pengelola Keuangan Keluarga
MINGGU-49 | Hidup Dipimpin oleh Roh Kudus
MINGGU-48 | Menjadi Teladan di dalam Kehidupan
MINGGU-47 | Gereja dan Pemuridan
Lihat Semua

KEGIATAN TERAKHIR

Happy Wife, Happy Life
Ungkapan "Happy Wife, Happy Life" yang berarti "Istri Bahagia, Hidup Bahagia" merupakan ungkapan yang sangat terkenal meskipun tentu saja kurang…
Lihat Semua