Volume 1
Minggu
14
New Start, New Beginning: Inisiatif Allah Memberikan Kesempatan Baru bagi Manusia
Kejadian 9:1-17
“Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” (Kejadian 9:11)
Sahabat Keluarga, pada Kitab Kejadian pasal 6-7, kita belajar tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa untuk yang ketiga kalinya yang membangkitkan amarah Tuhan atas perilaku jahat manusia setidaknya 120 tahun lamanya. Hal ini menimbulkan tindakan keras dari Tuhan sehingga menghukum manusia dengan air bah yang melenyapkan semua makhluk yang bernapas. Namun di antara semua manusia yang tidak berkenan di hadapan-Nya, ada satu pribadi yang mendapatkan kasih karunia Tuhan sehingga diselamatkan dari air bah tersebut yaitu Nuh dan keluarganya (Kej. 6:8). Hal pertama yang dilakukan Nuh selanjutnya adalah mendirikan mezbah dan memberikan persembahan kepada Tuhan. Tuhan pun berkenan atas persembahannya itu (Kej. 8:21). Sementara itu, bacaan kita hari ini dibagi dalam 2 bagian. Bagian pertama (ay. 1-7) berisi berkat dan mandat Allah pada Nuh untuk beranak cucu seperti seperti perintah-Nya pada awal penciptaan (Kej. 1:28). Sedangkan bagian kedua (ay. 8-17) berisi perjanjian Allah dengan Nuh untuk tidak memberikan air bah lagi. Perjanjian ini ditandai dengan ‘busur’ Allah di awan. Kata ‘busur’ pada teks ini menggunakan kata Qheset dalam Bahasa Ibrani yang menunjuk pada busur untuk berperang. Menarik, sebab Allah meletakkan ‘atribut perang’ milik-Nya sebagai perjanjian perdamaian dengan umat manusia dan seluruh makhluk di bumi.
Sahabat Keluarga, perjanjian biasanya dilakukan oleh dua pihak yang sama-sama memiliki kepentingan. Ada kesejajaran di dalamnya. Namun tidak demikian dengan kisah Nuh. Manusia tentu memiliki kepentingan, yaitu menerima pengampunan Allah atas dosa-dosa mereka. Sedangkan Allah, sebenarnya Dia bisa saja tidak mengadakan perjanjian dengan Nuh, toh Dia adalah Sang Pencipta. Namun pada kisah ini kita melihat betapa Allah rela merendahkan diri-Nya, menempatkan diri-Nya agar sejajar dengan manusia sehingga manusia berkesempatan untuk menerima janji setia dari-Nya. Allah menghendaki awal yang baru bagi ciptaan-Nya.
Melalui potongan kisah di atas kita dapat melihat bahwa Allah masih menaruh harapan kepada manusia agar manusia dapat beranak cucu serta memenuhi bumi dan memelihara segala yang hidup di bumi ini. Dia memelihara janji-Nya untuk memberikan kesempatan pada umat-Nya agar memulai hidup baru. Hal ini dikarenakan Allah adalah pribadi yang setia kepada janji-Nya. Sebaliknya manusia kerap kali mengingkari janji kepada-Nya. Meski demikian, Allah tidak pernah membatalkan perjanjian tersebut sebab Dia mengasihi manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, bahkan hingga mengorbankan Anak Kudus-Nya. Sahabat keluarga, setiap kita perlu terus memelihara relasi kita dengan Allah melalui komitmen bersama keluarga, menengadah kepada belas kasih Tuhan dan memelihara janji kita untuk hidup dalam ketaatan. Dengan mengikatkan diri kita di dalam suatu perjanjian, berarti kita memberikan diri kita seutuhnya ke dalam perjanjian itu. Apalagi, sebagai gambar dan rupa-Nya, kita mengemban amanat untuk menjadi wakil-Nya di bumi. Setiap kita dituntut untuk dapat bertindak bijaksana dalam relasi dengan sesama dan dalam memelihara bumi serta segala isinya.