Jurnal Renungan
Minggu ke-28 | Keluarga dan Pendidikan Hikmat

Volume 1
Minggu
28

Keluarga dan Pendidikan Hikmat
Amsal 3:1-26

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” (Ams. 3:5)
Pada dasarnya Penulis Kitab Amsal adalah pengamat kehidupan. Ia tidak mulai dari teori yang tinggi-tinggi namun dari cara hidup orang setiap hari. Dalam pengamatannya, ia melihat sikap hidup yang tidak bijaksana di antara bangsanya yang nantinya akan berujung pada kesia-siaan. Sesungguhnya, untuk memperoleh hidup yang bermakna seseorang harus memiliki hikmat yang bersumber dari Tuhan. Sahabat Keluarga, menggunakan metafora bahwa kita adalah anak dari hikmat, saat ini kita diajak untuk merenungkan bahwa hikmat adalah ‘orang tua’ kita. Kita ibarat anak kecil yang tersesat di dalam hutan yang mengerikan dan binatang buas dapat kapan saja menerkam diri kita. Pada dasarnya Penulis Amsal menggunakan metafora hubungan orang tua dengan anak untuk menggambarkan bahwa pendidikan hikmat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan di dalam keluarga. Pendidikan hikmat pertama-tama dimulai dari keluarga, dan tentu saja hikmat yang dimaksud adalah hikmat Allah bukan hikmat dunia ini. Karena itu, Penulis Amsal membandingkan antara takut akan Tuhan (hikmat dari Allah) dengan mengandalkan pengertian sendiri (hikmat manusia atau dunia). Jika berpegang dan memelihara hikmat ini dalam kehidupan keluarga, maka hasilnya adalah umur panjang, sejahtera, kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah dan manusia.

Sebelum mengakhiri kelasnya, seorang profesor dengan sombong bertanya kepada para mahasiswanya, apakah di antara mereka ada yang pernah melihat Tuhan. Tidak seorang pun yang menjawab pernah. Lebih lanjut ia bertanya jika ada di antara mereka yang pernah menyentuh Tuhan. Lagi-lagi tak satu pun yang dapat menjawab. Karena itu, ia menyimpulkan, karena tidak ada yang pernah melihat dan menyentuh Tuhan, maka itu membuktikan bahwa Tuhan tidak ada! Setelah hening beberapa saat, seorang mahasiswa berdiri dan meminta izin kepada profesor untuk bertanya jika ada di antara teman-teman sekelasnya yang pernah melihat atau menyentuh otak profesor tersebut. Semua terdiam. Maka mahasiswa tersebut menggunakan logika sang profesor tadi untuk menyimpulkan, karena tidak ada yang pernah melihat dan menyentuh otak profesor, maka berarti profesor itu tidak punya otak! Kisah ini mengingatkan kita bahwa jika hanya mengandalkan pikiran dan pengertian kita sendiri, maka bukan kasih dan penghargaan yang akan kita dapatkan dari Allah dan manusia, tetapi kehinaan dan kerendahan.

Setiap orang tua memiliki harapan agar anak-anaknya hidup bahagia, damai, dan sejahtera. Agar harapannya terwujud, tak jarang orang tua memberikan nasihat kepada anak-anaknya sebagai salah satu bentuk tanggung jawab orang tua atas mandat dari Tuhan untuk mendidik anak yang dipercayakan kepada mereka. Karena itu, marilah kita sebagai orang tua, tak hanya mengajarkan anak bagaimana agar pintar di sekolah, berhasil dan sukses dalam karier, tetapi juga mengajarkan mereka bagaimana berhikmat dalam menghadapi dunia ini dan agar hidup tidak hanya bersandar pada kepintaran mereka tetapi pada sikap hidup yang takut akan Tuhan.

RUANG REFLEKSI:

(Pertanyaan reflektif untuk mendampingi)
PERTANYAAN ALKITAB:
  1. Jawab Hikmat yang seperti apakah yang diajarkan dalam perikop hari ini?
  2. Jawab Bagaimanakah kita dan keluarga kita memperoleh hikmat Tuhan?
PERTANYAAN APLIKATIF:
  1. Jawab Diskusikan bersama keluarga, kebiasaan-kebiasaan apa yang perlu dibangun dalam keluarga untuk menumbuhkan hikmat Tuhan?
  2. Jawab Bagaimana cara memperbaiki sikap hidup yang melenceng dari hikmat Tuhan?
Note: Semua jawaban dan komitmen pribadi Anda bersifat private dan tidak dapat dibaca oleh orang lain kecuali anggota keluarga Anda sendiri yang ada di dalam 1 family team.

RUANG KOMITMEN:

KOMITMEN PRIBADI:
Login disini untuk mengisi kolom komitmen!
POKOK DOA:
1. Berikanlah kepada keluarga-keluarga hikmat yang bersumber dari Tuhan
2. Supaya anggota keluarga tetap memelihara hidup takut akan Tuhan 
“True wisdom consists in two things: Knowledge of God and Knowledge of Self.” (John Calvin)
Jika Sahabat Keluarga memiliki pertanyaan terkait renungan pekan ini, silakan hubungi kami melalui email ke familyasateam@gmail.com
Bagikan renungan ini:

KATEGORI RENUNGAN

RENUNGAN TERBARU

MINGGU-51 | Diperbaharui dari Sehari ke Sehari
MINGGU-50 | Menjadi Pengelola Keuangan Keluarga
MINGGU-49 | Hidup Dipimpin oleh Roh Kudus
MINGGU-48 | Menjadi Teladan di dalam Kehidupan
MINGGU-47 | Gereja dan Pemuridan
Lihat Semua

ARTIKEL LAINNYA

Mau Merawat Lingkungan, Tapi Bingung? Terapkan 7 Kebiasaan Ini Aja!
Untuk mengambil bagian dalam merawat dan menjaga lingkungan hidup tidak selalu memerlukan tindakan yang besar, mahal dan susah, lho! Bahkan,…
Yakin, Sudah Siap Berpasangan?
Hey, Bestie! Sebelum memutuskan untuk berpasangan, coba telaah diri kamu dan dirinya deh supaya kalian menjalin relasi pada saat yang…
5 Cara Membangun Self-Esteem Anak
Self-esteem atau keberhargaan diri bukan hanya penting bagi manusia dewasa. Self-esteem justu teramat penting untuk dibangun dan dirawat sejak dini,…
Lihat Semua

KEGIATAN TERAKHIR

Happy Wife, Happy Life
Ungkapan "Happy Wife, Happy Life" yang berarti "Istri Bahagia, Hidup Bahagia" merupakan ungkapan yang sangat terkenal meskipun tentu saja kurang…
Lihat Semua