Jurnal Renungan
Minggu ke-2 | Imago Dei: Pancarkan Wajah-Nya, Senangkan Hati-Nya

Volume 1
Minggu
2

Imago Dei: Pancarkan Wajah-Nya, Senangkan Hati-Nya
Kejadian 1:1-31

"...Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kej. 1:26)
Sahabat Keluarga terkasih, minggu lalu kita sama-sama merenungkan bahwa Allah menciptakan dunia dan segala isinya dengan teramat baik. Hari ini, kita secara khusus akan merenungkan rencana-Nya bagi manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Kisah penciptaan manusia terjadi pada hari ke-6 yang merupakan klimaks dari rangkaian karya penciptaan-Nya. Yang istimewa dari penciptaan manusia adalah, selama 5 hari sebelumnya Allah menciptakan segala sesuatu hanya melalui firman-Nya, sedangkan manusia diciptakan melalui firman-Nya (ay. 26-27), dibentuk oleh tangan-Nya, dan bernapas dengan embusan napas-Nya (Kej. 2:7; Ibrani: ruakh). Melalui napas kehidupan yang berasal dari Allah itu, realitas Ilahi hadir dalam diri manusia. Menurut Thomas Aquinas dan John Calvin, gambar Allah (Imago Dei) terletak pada kecerdasan dan rasio manusia, sedangkan Karl Barth serta Emil Bruner melihat gambar Allah pada kemampuan manusia menjalin relasi dengan Allah dan sesamanya. Maka hakikat manusia sebagai Imago Dei adalah menjadi representasi Allah kepada dunia dengan mencerminkan wajah-Nya dalam tindak-tanduk serta tutur-kata yang menyenangkan hati-Nya. Kuasa dari Allah kepada manusia tersebut beriringan dengan tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup bumi ini. Hal ini menggambarkan relasi horizontal antara manusia dengan ciptaan lainnya dan relasi vertikal antara manusia dengan Allah.

Marina Abramovic, yaitu seniman asal Yugoslavia, melakukan eksperimen berupa pertunjukan seni berjudul “Rhythm 0” pada tahun 1974. Selama 6 jam pertunjukan, Abramovic hanya diam mematung, membiarkan para penonton melakukan apa saja terhadap dirinya. Bahkan, ia menyediakan 72 objek yang BISA digunakan penonton terhadap dirinya, dan beberapa di antara objek tersebut adalah objek berbahaya. Ketika para penonton menyadari bahwa mereka memiliki KUASA untuk menggunakan berbagai objek tersebut kepada Abramovic, terjadilah kekerasan yang meninggalkan trauma bagi seniman itu. Pada eksperimen tersebut, para penonton memiliki pilihan: mereka BISA dan MAU menggunakan objek tersebut kepada Abramovic, atau mereka BISA tapi TIDAK MAU menyalahgunakan KUASA tersebut terhadap dirinya. Jika kuasa ini ada di tangan Anda sebagai Imago Dei, bagaimana pilihan Anda?

Sahabat Keluarga, Allah memberikan kuasa kepada manusia beserta dengan tanggung jawab dari-Nya. Artinya peran manusia sebagai cerminan wajah Allah adalah untuk menyenangkan hati-Nya (relasi vertikal) melalui upaya merawat bumi dan seisinya (relasi horizontal). Yang tidak dikehendaki-Nya adalah manusia yang playing god, berpura-pura menjadi tuhan, yang merasa dirinya memiliki kuasa terhadap siapa pun dan apa pun. Perilaku playing god inilah yang kerap merusak bumi dan menyebabkan kerusakan moral di dunia. Karena itu hari ini mari kita sama-sama mengingat kembali hakikat kita sebagai Imago Dei, yaitu untuk mencerminkan wajah-Nya dan menyenangkan hati-Nya melalui perilaku hidup yang memberkati dunia ini. 

RUANG REFLEKSI:

(Pertanyaan reflektif untuk mendampingi)
PERTANYAAN ALKITAB:
  1. Jawab Mengapa Allah menjadikan manusia sebagai Imago Dei?
  2. Jawab Apakah yang membuat penciptaan manusia lebih istimewa dibandingkan dengan ciptaan lainnya?
PERTANYAAN APLIKATIF:
  1. Jawab Apa yang dapat Anda dan keluarga lakukan kepada sesama dan alam untuk memenuhi tugas Anda sebagai Imago Dei?
  2. Jawab Berikan contoh perilaku yang tidak menggambarkan diri sebagai Imago Dei!
Note: Semua jawaban dan komitmen pribadi Anda bersifat private dan tidak dapat dibaca oleh orang lain kecuali anggota keluarga Anda sendiri yang ada di dalam 1 family team.

RUANG KOMITMEN:

KOMITMEN PRIBADI:
Login disini untuk mengisi kolom komitmen!
POKOK DOA:
1. Mampu melihat dan memperlakukan sesama sebagai Imago Dei
2. Mampu memenuhi tanggung jawab sebagai Imago Dei untuk memelihara bumi
”Berusaha memahami seseorang tanpa mengakuinya sebagai Imago Dei
adalah seperti berusaha memahami seni pahat tanpa mengakuinya sebagai ukiran."
(Prof. J. Budziszewski – Penulis Buku ”How to Stay Christian in College”)
Jika Sahabat Keluarga memiliki pertanyaan terkait renungan pekan ini, silakan hubungi kami melalui email ke familyasateam@gmail.com
Bagikan renungan ini:

KATEGORI RENUNGAN

RENUNGAN TERBARU

MINGGU-51 | Diperbaharui dari Sehari ke Sehari
MINGGU-50 | Menjadi Pengelola Keuangan Keluarga
MINGGU-49 | Hidup Dipimpin oleh Roh Kudus
MINGGU-48 | Menjadi Teladan di dalam Kehidupan
MINGGU-47 | Gereja dan Pemuridan
Lihat Semua

ARTIKEL LAINNYA

Nyalakan Romantisme dalam Pernikahan dengan Strategi Kencan 2-2-2
Kata siapa kalau sudah menikah lalu ga perlu kencan lagi? Sahabat Keluarga, tak sedikit pernikahan yang cahayanya meredup karena mengabaikan…
3 Mitos yang Bikin Ortu TAKUT JUJUR di Depan Anak
Dalam berperan sebagai orang tua, kejujuran adalah teladan terbaik dalam membesarkan anak, bahkan akan menjadi warisan yang teramat sangat bermanfaat…
Hari Keluarga Sedunia: Bersama Keluarga, Tangguh Hadapi Perubahan Iklim
Setiap tahun pada tanggal 15 Mei, dunia merayakan Hari Keluarga Sedunia. Peringatan ini, yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada…
Lihat Semua

KEGIATAN TERAKHIR

Happy Wife, Happy Life
Ungkapan "Happy Wife, Happy Life" yang berarti "Istri Bahagia, Hidup Bahagia" merupakan ungkapan yang sangat terkenal meskipun tentu saja kurang…
Lihat Semua