Sahabat Keluarga, jika membaca perikop ini secara utuh, Kitab Kejadian Pasal 3 ini adalah titik tolak yang sangat memengaruhi kehidupan manusia di muka bumi. Bagaimana tidak, manusia mengalami pencobaan dan tak sanggup menangkal cobaan tersebut, lalu jatuh ke dalam dosa, hanya beberapa saat setelah diciptakan. Perikop ini dibuka dengan percakapan antara ular dan Hawa. Kala itu, ular yang merupakan manifestasi iblis, memulai percakapan dengan membangun keraguan dalam diri Hawa. Ular memanfaatkan 'status' Hawa yang tidak secara langsung mendengar perintah Allah kepada Adam untuk tidak memakan buah yang ada di tengah-tengah taman (Kej. 2:16-17) karena saat itu Hawa belum diciptakan. Hawa yang hanya mendengar larangan tersebut dari Adam akhirnya termakan oleh manipulasi ular yang setidaknya menggunakan 2 cara: membuat Hawa meragukan perintah/larangan Allah (ay. 1) dan membuat Hawa ingin menjadi seperti Allah (ay. 5). Keputusan Hawa dan Adam untuk menuruti ucapan ular menjadi kisah pemberontakan manusia terhadap Allah. Menurut Karel Sosipater, sewaktu mereka membuat keputusan etis yang salah dan menjatuhkan mereka ke dalam dosa, maka Imago Dei dalam diri manusia pun ikut rusak. Rusaknya manusia sebagai Imago Dei bukan hanya berpengaruh pada manusia itu sendiri, melainkan seluruh manusia di masa depan, serta seluruh isi dunia.
Ada begitu banyak iklan layanan masyarakat yang memberikan informasi tentang bahaya kecelakaan lalu lintas akibat mengemudi saat mengantuk. Namun kenyataannya kecelakaan yang diakibatkan pengendara mengantuk, terus terjadi. Pada musim Piala Dunia, Saka bersama teman-temannya menonton pertandingan di sebuah kafe. Walau istrinya sudah mengingatkan agar Saka tidak pulang terlalu malam, Saka tetap memilih pulang larut setelah seluruh pertandingan berakhir. Saat menyetir pulang, Saka mulai mengantuk. Ia memanfaatkan sepinya jalan raya untuk memejamkan mata. "Hanya sedetik," begitu ungkapnya dalam hati. Namun yang ia anggap 'hanya sedetik' itu menjadi malapetaka, bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga keluarganya serta beberapa tunawisma di emperan pertokoan. Kecelakaan terjadi, ia menyetir ke arah emperan tempat para tunawisma beristirahat. Akibatnya, beberapa tunawisma menjadi korban jiwa, fasilitas umum serta mobil yang dikendarainya rusak, ia mengalami kelumpuhan dan keluarganya harus hidup prihatin karena Saka tak lagi mampu menjadi tulang punggung keluarga. Karena terpejam sedetik, rusak hidup sejumlah jiwa!
Sahabat Keluarga, dosa terjadi bukan hanya karena kesalahan-kesalahan besar, tapi juga karena berbagai kesalahan yang sering diremehkan atau diwajarkan. Sedetik memejamkan mata saat menyetir, merusak hidup sejumlah jiwa. Sepatah kata umpatan kepada anak, merusak masa depan pendidikannya. Sekali kebohongan terhadap pasangan, merusak kepercayaan di dalam pernikahan. Waspadalah! Jangan hanya karena dosa 'setitik', rusak makna hidup sekeluarga!