Volume 1
Minggu
17
Apa pun Bentuk Karunia Allah Bagimu, Itu Berarti!
Kejadian 27:1-40
“Jawab ayahnya, ‘Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.” (Kej. 27:35)
Pernahkah Sahabat Keluarga mengalami kekecewaan dalam hidup? Rasanya setiap orang pasti pernah kecewa di dalam hidupnya. Seseorang yang kecewa itu karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Diceritakan, Ishak mengalami kekecewaan karena telah ditipu oleh Yakub, anaknya yang lebih muda, sehingga ia tidak dapat memberkati Esau, anak sulungnya. Sebenarnya kegagalan Esau menerima berkat rohani dari ayahnya bukanlah sekadar karena ditipu oleh kelicikan Yakub tetapi karena Allah telah menubuatkan bahwa anak yang muda akan memimpin yang tua (Kej. 25:23). Allah juga mengetahui sejak sebelum Esau dilahirkan bahwa kelak Esau akan menjual hak kesulungannya kepada Yakub hanya karena semangkuk kacang merah dan roti (Kej. 25:29-34). Itulah sebabya Allah lebih memilih Yakub daripada Esau, Allah tahu seperti apa Esau yang akan menganggap rendah berkat rohani yang tidak kelihatan hanya demi memenuhi kebutuhan perutnya. Esau memandang ringan atau merendahkan (dalam Bahasa Ibrani yaitu bazah yang berarti menghina atau meremehkan) hak kesulungannya. Namun konflik yang terjadi dalam keluarga ini tidak hanya disebabkan oleh Yakub-Esau saja, melainkan ada andil kedua orang tuanya. Dalam keluarga, penilaian yang salah, keputusan yang tidak bijaksana, pola asuh yang keliru karena menunjukkan sikap pilih kasih (Kej. 25:28) akan merusak kualitas relasi di dalam keluarga.
Perlakuan Esau yang meremehkan berkat rohani berupa hak kesulungan menjadi pelajaran penting bagi kita. Kita mungkin pernah bersikap seperti Esau yang merendahkan karunia Allah ketika kita dipercayakan sesuatu yang kita anggap kecil/remeh. Karena mengganggap remeh, maka kemudian kita mengerjakannya dengan setengah hati atau asal-asalan sehingga hasilnya kurang maksimal. Seorang hamba bila dipercayakan Allah suatu karunia, seharusnya melakukannya dengan “baik dan benar” (Bahasa Yunani: Pistos yang berarti bisa dipercaya). Ketika kita setia dalam perkara kecil, Allah juga akan mempercayakan perkara besar, demikian pula sebaliknya (Luk. 16:10-11). Bagaimana Allah akan memberkati dan mempercayakan kita hal-hal besar kalau dalam hal-hal kecil saja kita tidak bisa bertanggung jawab mengerjakannya dengan baik.
Sahabat Keluarga, satu pepatah Tiongkok kuno berkata, “perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah.” Jangan remehkan satu langkah yang diambil jika ingin mencapai banyak langkah ke depannya. Kebanyakan kita ingin langsung mendapatkan kepercayaan melakukan tugas atau tanggung jawab yang besar, namun melalaikan atau bahkan seperti Esau yang menganggap remeh karunia atau kesempatan yang Tuhan telah berikan karena berpikir itu kecil atau sederhana. Padahal karena kelalain itulah kita justru kehilangan berkat atau karunia yang besar yang Tuhan telah siapkan bagi kita. Sejak kita menyerahkan diri kepada Tuhan, saat ada panggilan atau ada gerakan dari Tuhan, maka kita harus cepat bertindak taat sehingga semua kehendak Tuhan terlaksana di dalam hidup kita.