Volume 1
Minggu
11
Dosa Manusia, Penyesalan Allah dan Hilangnya Sebuah Peradaban
Kejadian 6:1-22
"Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." (Kej. 6:7)
Ketika bumi diisi oleh 2 orang manusia, manusia jatuh ke dalam dosa. Ketika maanusia yang berdosa itu memiliki keturunan, keturunannya pun berbuat dosa. Seiring dengan semakin bertambah banyaknya umat manusia, maka semakin banyak pula perbuatan dosa yang mewarnai dunia. Setidaknya terdapat 2 dosa yang paling banyak terjadi pada zaman Nuh hidup, yaitu dosa akibat nafsu seksual (ay. 2) dengan membangun perkawinan secara sembarangan dan dosa kekerasan (ay. 11). Kata 'kejahatan' diterjemahkan dari Bahasa Ibrani "ra" yang menunjuk pada tingkah laku yang tidak berkenan bagi Allah. Pada perikop bacaan hari ini, Allah digambarkan sebagai Sosok yang mengungkapkan isi pikiran dan perasaan-Nya secara pribadi kepada manusia. Bahkan Allah mengatakan bahwa Ia MENYESAL telah menciptakan mereka semua. Padahal, Kejadian 1 menyimpulkan bahwa "Allah melihat bahwa semuanya itu baik" (ay. 10, 12, 18, 21, dan 25) dan bahkan "menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya" (ay. 26). Namun sejak kejatuhan dan kecanduan manusia terhadap dosa, Allah menunjukkan kekecewaan-Nya dengan menghapuskan peradaban dunia saat itu dan hanya menyisakan Nuh beserta keluarganya.
William Shakespeare dalam bukunya yang berjudul "The Tragedy of Antony and Cleopatra" mengatakan, "Seseorang yang berusaha mencari kesempatan tapi tidak mengambilnya saat kesempatan datang kepadanya, maka dia tak akan lagi menemukan kesempatan itu." Ketika sebuah kesempatan hadir bagi Anda untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme melalui sebuah pelatihan di luar jam kerja, bagaimana harus meresponsnya? Sebagian mungkin akan berkata, "Wah, kesempatan langka nih, sayang untuk dilewatkan!" Mungkin sebagian lagi akan berkata, "Duh, capek ah! Paling juga nanti ada pelatihan lagi kok." Lalu ketika Si A memutuskan untuk menyambut dan memanfaatkan kesempatan itu, Si B justru mengabaikannya. Hasilnya, ketika perusahaan harus memilih seseorang untuk memimpin sebuah cabang yang baru, Si A dipercaya untuk mengemban tanggung jawab itu karena kinerja dan profesionalismenya semakin meningkat serta dapat memanfaatkan kesempatan dengan bijak. Yah... Namanya juga penyesalan, datangnya belakangan!
Bagaimana dengan kita? Berapa kali Allah memberikan kesempatan kepada Anda dan saya untuk terus memperbaiki diri? Berapa kali kita menyambut dan memanfaatkan kesempatan itu? Berapa kali kita mengabaikannya? Sahabat Keluarga, hari ini kita diajak untuk keluar dari dosa yang mungkin terasa seperti 'zona nyaman' padahal sangat rawan kehancuran! Untuk keluar dari zona itu, kita perlu menyambut kesempatan dari Tuhan agar tidak menyesal di kemudian hari. Maukah Anda menyambut kesempatan emas itu?