Jurnal Renungan
Minggu ke-7 | Inilah Dia: Pasanganku, Bagian dari Diriku!

Volume 1
Minggu
7

Inilah Dia: Pasanganku, Bagian dari Diriku!
Kejadian 2:22-25

"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (Kej. 2:23)
Pada minggu sebelumnya, kita sama-sama merenungkan makna pasangan sebagai "penolong yang sepadan" dalam hidup manusia, yaitu untuk saling melengkapi dalam memenuhi panggilan Allah untuk merawat bumi ini. Kali ini, kita akan merenungkan tentang persatuan dalam pernikahan. Sahabat Keluarga, kata 'laki-laki' pada bacaan minggu ini (ay. 22) menggunakan kata 'ish' dan 'perempuan' menggunakan kata 'ishah' untuk menunjukkan bahwa ishah (perempuan) diciptakan dari bagian ish (laki-laki). Namun relasi ini bukanlah relasi superior-inferior, melainkan setara sebagai ''penolong yang sepadan'', terlihat dari asal kata 'ezer' yang berkonotasi aktif dan mampu mengintervensi, bahkan kata ini sering muncul dalam konteks militer sebagai rekan seperjuangan (co-warrior) yang mampu menolong dan melindungi. Menariknya, dari keseluruhan tubuh manusia itu, Tuhan Allah memilih rusuk sebagai 'bahan baku' membentuk perempuan (ay. 21). Pada perikop ini, kata 'rusuk' menggunakan kata 'tsela' yang pada Perjanjian Lama sering digunakan dalam konteks membangun Kemah Suci (Kel. 26:27 & 35) dan Bait Suci (1 Raj. 6), yaitu sebagai konstruksi lantai dan langit-langit bangunan agar kokoh. Sementara itu, frasa 'satu daging' (ay. 24) dalam Bahasa Ibrani menggunakan frasa 'ekhad bassar' yang berarti satu tubuh, satu gumpalan urat, satu bagian tak terpisahkan. Adam dan Hawa menjadi suatu kesatuan yang dibentuk oleh inisiatif Allah.

Sahabat Keluarga, dalam hidup sehari-hari, prinsip "1+1 = 2" adalah perhitungan yang kebenarannya dianggap absolut oleh para ahli. Tidak ada jawaban lainnya! Namun dalam pernikahan Kristen prinsip ini menjadi "1+1 = 1" lho! Begini artinya, ketika sepasang umat manusia menikah, 2 pribadi ini menjadi 1, masing-masing harus rela memberikan separuh ego/dirinya untuk dapat bersatu dengan pasangannya dan membangun sebuah pernikahan yang kokoh dan suci seperti inisiatif awal Allah. Selain itu, dalam pernikahan Kristen juga tidak ada prinsip "1+1+1..." yaitu bahwa pernikahan yang diberkati Allah adalah pernikahan kudus di antara 2 pribadi, hanya dengan 1 pasangan, tidak lebih!

Dalam prinsip pernikahan Kristen, setiap orang harus melihat dan memaknai pasangannya sebagai bagian dari dirinya sehingga sudah sepatutnya ia memperlakukan pasangannya dengan penuh kasih seperti ia mengasihi dirinya sendiri. Tantangan mungkin akan terus hadir sepanjang jalan kehidupan berkeluarga. Sifat, sikap, karakter dan perilaku masing-masing pun mungkin akan sering berbenturan. Luka di masa lalu mungkin kerap menghantui sehingga sering tergoda untuk mengingat dan menghitung kesalahan pasangan. Namun ketika masing-masing rela untuk memberikan separuh dirinya, 'mengalahkan' separuh egonya untuk menyatukan prinsip bersama, niscaya setiap tantangan akan menjadi kesempatan belajar untuk memperkokoh ikatan kasih di dalam pernikahan dan keluarga. Saat ini, katakanlah kepada pasangan Anda: "Suami/Istriku, engkau adalah pasanganku, bagian dari diriku. Aku mengasihimu."

RUANG REFLEKSI:

(Pertanyaan reflektif untuk mendampingi)
PERTANYAAN ALKITAB:
  1. Jawab Apa yang menjadi 'bahan baku' ketika Allah membentuk perempuan?
  2. Jawab Apakah arti nama 'perempuan' sesuai bacaan kita hari ini?
PERTANYAAN APLIKATIF:
  1. Jawab Sebutkan hal-hal yang Anda rela berikan/korbankan demi keutuhan pernikahan dan kasih Anda kepada pasangan lalu sharingkan dengannya!
  2. Jawab Adakah hal-hal yang membuat Anda merasa sulit untuk memberikan/mengorbankan separuh dari ego/diri Anda demi pasangan dan pernikahan Anda? Sebutkan!
Note: Semua jawaban dan komitmen pribadi Anda bersifat private dan tidak dapat dibaca oleh orang lain kecuali anggota keluarga Anda sendiri yang ada di dalam 1 family team.

RUANG KOMITMEN:

KOMITMEN PRIBADI:
Login disini untuk mengisi kolom komitmen!
POKOK DOA:
1. Ketulusan untuk terus memberi diri bagi keutuhan pernikahan dan keluarga
2. Kemampuan untuk memaknai pernikahan sebagai inisiatif Allah sehingga menjaganya dengan penuh tanggung jawab
Mencintai berarti mencintai yang tidak dapat dicintai.
Memaafkan berarti mengampuni yang tidak dapat diampuni.
Iman berarti mempercayai hal yang tidak dapat dipercaya.
Harapan berarti berharap ketika segala sesuatu tampak tanpa harapan.”
(Gilbert Keith Chesterton - Filsuf dan Apologis Kristen)
Jika Sahabat Keluarga memiliki pertanyaan terkait renungan pekan ini, silakan hubungi kami melalui email ke familyasateam@gmail.com
Bagikan renungan ini:

KATEGORI RENUNGAN

RENUNGAN TERBARU

MINGGU-51 | Diperbaharui dari Sehari ke Sehari
MINGGU-50 | Menjadi Pengelola Keuangan Keluarga
MINGGU-49 | Hidup Dipimpin oleh Roh Kudus
MINGGU-48 | Menjadi Teladan di dalam Kehidupan
MINGGU-47 | Gereja dan Pemuridan
Lihat Semua

ARTIKEL LAINNYA

Dear Ortu, Hukuman Itu BEDA dengan DISIPLIN Lho!
Orang tua perlu menetapkan dasar dan membangun batasan sebagai standar nilai/moral perilaku anak. Standar tersebut akan menjadi acuan tentang baik/buruk…
3 Mitos yang Bikin Ortu TAKUT JUJUR di Depan Anak
Dalam berperan sebagai orang tua, kejujuran adalah teladan terbaik dalam membesarkan anak, bahkan akan menjadi warisan yang teramat sangat bermanfaat…
Jangan Pernah Percaya 5 MITOS tentang PACARAN Ini!
Sahabat Keluarga, seringkali kawula muda menghadapi tantangan dari mitos-mitos yang kerap kali dipercaya oleh generasi sebelumnya dan diteruskan ke generasi…
Lihat Semua

KEGIATAN TERAKHIR

Happy Wife, Happy Life
Ungkapan "Happy Wife, Happy Life" yang berarti "Istri Bahagia, Hidup Bahagia" merupakan ungkapan yang sangat terkenal meskipun tentu saja kurang…
Lihat Semua